Selasa, 31 Mei 2016

Tugas Softskill 5 (Pendidikan Kewarganegaraan)

Penyanderaan 10 WNI oleh Kelompok Abu Sayyaf
1.  Kronologi
Berita duka datang dari negeri ini, kali ini  10 Warga Negara Indonesia (WNI) disandera oleh kelompok Abu Sayyaf, Filipina. 10 WNI tersebut sedang berlayar dengan dua kapal, kapal tongkang Anand 12 dan kapal Brahma 12  dibajak di perairan Filipina pada 26 Maret 2016 dari Sungai Puting di Kalimantan Selatan menuju Filipina. Kapal yang ditumpangi para WNI membawa batu bara seberat 7.000 ton.
Namun, kapal Brahma 12 sudah dilepas dan sudah berada di tangan otoritas Filipina.
Berbeda dengan Brahma 12, KM Anand 12 dan 10 awak kapal masih berada di tangan pembajak, Kapal tersebut milik PT Patria Maritime Lines, anak perusahaan dari PT United Tractors Pandu Engineering. 
Kelompok Abu Sayyaf sebelumnya meminta tebusan 50 juta peso atau Rp 15 miliar dan dibayarkan paling lamat pada 8 April 2016. Namun hingga tenggat waktu lewat, belum ada informasi apakah tebusan sudah dibayarkan atau belum.
Berikut nama-nama korban yang diculik oleh kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina:
1. Peter Tonsen Barahama, 30 tahun.
2. Julian Philip, 50 tahun
3. Alfian Elvis Repi, 32 tahun
4. Mahmud, 30 tahun
5. Suriansyah, 33 tahun
6. Surianto, 30 tahun
7. Wawan Saputra, 22 tahun
8. Bay Oktavianto, 22 tahun
9. Rinaldi, 24 tahun
10. Wendi Rakhadian, 28 tahun
Gambar kronologi


Bukan hanya itu saja, kasus penyandraan 10 WNI terjadi “lagi” pembajakan, pembajakan kali ini menimpa 10 orang WNI yang merupakan awak kapal TB Henry yang menarik tongkang Christy. Dari 10 WNI tersebut, 4 yang diculik dan 6 selamat dan satu di antaranya luka kena tembak, Ke 6 Warga Negara Indonesia (WNI) yang berhasil selamat saat ini tengah mendapatkan perawatan intensif.
Pembajakan terjadi ketika kapal dalam perjalanan dari Kota Cebu, Filipina, kembali menuju Tarakan, tepatnya pada titik koordinat 4*-31'26'' N/ 119*-00''00" E, atau sekitar 15 mil dari Tawau, Malaysia.
Dugaan sementara, kelompok Abu Sayyaf masih menjadi aktor dalam perompakan ketiga dalam 30 hari belakangan di perairan yang sama itu.
Dari data crew list TB Henry PT Global Trans Energy International, memang benar ada sepuluh orang di kapal tersebut.(adk/jpnn)
Crew List TB Henry
1. Moch Ariyanto Misnan (master)
2. Loren Marinus Petrus Rumawi (chief officer)
3. Dede Irfan Hilmi (second officer)
4. Yohanis Serang (chief enginer)
5. Sembara Oktafian (second enginer)
6. Leonard Bastian (third enginer)
7. Rohaidi (A/B)
8. Samsir (A/B)
9. Royke Fransy Montolalu A/B)
10. Lambas Simanungkalit (oiler)

Berikut kronologi dan tanggal kejadian
26 Maret 2016 
Dua kapal berbendera Indonesia dibajak oleh kelompok Abu Sayyaf saat sedang berlayar dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan menuju ke Batangas, Filipina selatan. Dua kapal yang dibajak itu adalah kapal Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang membawa 10 orang awak kapal berkewarganegaraan Indonesia.

29 Maret 
Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Badrodin Haiti dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo untuk melacak jejak para penyandera dan ke-10 WNI tersebut. TNI juga telah menyiapkan pasukan terbaik mereka untuk terjun ke lokasi setiap saat.

31 Maret 
Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) meyakini operasi pembebasan sandera asal Indonesia yang kini ditawan militan Abu Sayyaf, masih bisa mereka tangani sendiri. Dengan begitu, tawaran bantuan militer Indonesia yang sekarang sudah menyiagakan armada tempur di Tarakan serta Bitung, ditolak secara halus, seperti dilansir inquirer.net.

8 April 
Umar Patek siap membantu pemerintah untuk membebaskan WNI yang disandera Abu Sayyaf. Terpidana kasus terorisme 20 tahun bui itu pun mengaku tanpa pamrih apapun, asalkan persyaratan secara teknis dipenuhi. 

 10 April 
18 Prajurit Filipina tewas dalam operasi pembebasan sandera di Pulau Jolo, Basilan. Mereka tiba-tiba disergap saat dalam perjalanan menuju medan pertempuran. Meski begitu, lima militan berhasil ditembak mati.

12 April
Setelah terpukul mundur, Militer Filipina kembali menggelar operasi penyergapan lanjutan selama 10 jam pada hari berikutnya sepanjang Minggu (10/4) malam hingga Senin (11/4) dini hari, di lokasi yang sama, menurut keterangan juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP). Berkat operasi lanjutan itu, dipastikan 13 militan tewas.


15 April 
Pukul 18.31 telah kapal berbendera Indonesia, yaitu kapal tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi di perairan perbatasan Malaysia-Filipina kembali dibajak. Kapal tersebut dalam perjalanan kembali dari Cebu, Filipina menuju Tarakan. Kapal membawa 10 orang ABK WNI. 

Dalam pembajakan kali ini, seorang ABK tertembak. Sementara itu, lima orang berhasil selamat, sedangkan empat lainnya diculik oleh kelompok tersebut.

26 April 
Militan Abu Sayyaf menepati ancaman yang mereka sebar sejak pekan lalu untuk mulai mengeksekusi tiga sandera asing dan satu tawanan asli Filipina. Korban pertama adalah John Ridsdel (68) asal Kanada. Tentara Filipina menemukan kepala pria ini di salah satu pulau kosong kawasan Jolo. Penemuan itu terjadi lima jam setelah tenggat pembayaran tebusan lewat.

29 April 
Militer Filipina mengerahkan pesawat tempur membombardir titik-titik diduga markas militan Abu Sayyaf di pedalaman Pulau Jolo, Provinsi Sulu. Salah satu sandera asal Malaysia, Wong Teck Chi, menghubungi orang tuanya lewat sambungan telepon tiga hari lalu. Dia mengaku dipaksa lari berpindah-pindah tempat nyaris setiap beberapa jam sekali oleh para penculiknya.

29 April 
Brigadir Jenderal Alan Arrojado yang selama delapan bulan terakhir memimpin Brigade 501 Provinsi Sulu dicopot. Dia digantikan oleh Kolonel Jose Faustino selepas satu sandera asal Kanada dipenggal oleh militan Abu Sayyaf di Pulau Jolo.


1 Mei
10 ABK Warga Negara Indonesia telah dibebaskan oleh kelompok militan Abu Sayyaf di daerah Sulu pada Minggu siang hari ini. Polisi wilayah Provinsi Sulu, Wilfredo Cayat mengonfirmasi perihal pembebasan ini.

"Kita infokan ada seorang tidak diketahui menaruh 10 WNI di depan rumah dari Gubernur Sulu (Abdusakur) Toto Tan (II)," kata Cayat, seperti dikutip dari laman the Star, Minggu (5/1).

Presiden Jokowi memastikan 10 WNI tengah malam ini tiba di Lanud Halim Perdanakusuma. Namun sampai saat ini masih ada 4 WNI yang disandera.

2.      Stategi negara dalam penyelesaian masalah
Dalam strategi pembebasan WNI yang disandera Pemerintah Indonesia, TNI, dan Pihak Filipina sangat berperan aktif dalam usaha mengembalikan WNI ketanah air dengan selamat. Seperti berikut ini strategi pembebasan WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf.
Berikut 4 strategi negara yang pakai untuk melawan Abu Sayyaf
1.      Pemerintah utamakan dialog buat bebaskan 10 WNI disandera Abu SayyafMerdeka.com - Presiden Joko Widodo menegaskan pemerintah berkomitmen penuh untuk membebaskan 10 awak kapal asal Indonesia yang disandera oleh kelompok garis keras Abu Sayyaf di Filipina. Untuk membebaskan 10 WNI itu, opsi dialog akan dikedepankan oleh pemerintah Indonesia. 

"Opsi dialog tetap dilakukan, untuk menyelamatkan yang disandera," kata Jokowi usai menonton babak pertama final Bhayangkara di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (3/4). 

Saat ditanya apakah pemerintah akan membayar uang tebusan 50 juta Peso seperti yang diminta oleh kelompok Abu Sayyaf apabila sudah mentok, dia kembali hanya menyatakan opsi dialog akan diutamakan. 

"Ya ini tadi yang terakhir opsi dialog," ujarnya.

Jokowi juga telah meminta Menteri Luar Negeri Retno L.P Marsudi terbang ke Filipina untuk melakukan koordinasi dengan pemerintahan Filipina.

2.      TNI siapkan kapal untuk bebaskan 10 WNI disandera kelompok militan Filipina
TNI tengah mempersiapkan diri untuk upaya pembebasan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina. Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana TNI Ade Supandi menyatakan, pihaknya telah menyiapkan kapal untuk membantu pembebasan warga negara Indonesia itu.
"Untuk pembebasan Panglima TNI yang mengatur, semua ada konsepnya," kata Ade seperti dikutip di Antara, Rabu (30/3).
Ade menegaskan, Indonesia sudah mempunyai pengalaman dalam pembebasan sandera. Yaitu saat membebaskan kapal yang di sandera di Somalia.

3.      Indonesia desak Filipina jamin nasib 10 WNI disandera Abu Sayyaf
Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) menolak pasukan TNI turun tangan dalam upaya membebaskan sepuluh awak kapal tunda yang disandera kelompok garis keras Abu Sayyaf. Mereka beralasan dapat menangani sendiri tanpa adanya bantuan dari negara lain. 

Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyatakan pemerintah menghormati sikap Filipina tersebut. Dia hanya menekankan yang terpenting Filipina dapat menjamin keselamatan sepuluh awak kapal disandera itu. 
4.      Jika diminta, pemerintah siap kirimkan perwira kopasus bantu militer Filipina bebaskan 10 WNI dari sandera Abu Sayyaf
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan ikut angkat bicara soal perkembangan 10 warga negara Indonesia yang ditawan oleh kelompok militan garis keras Filipina Abu Sayyaf. Luhut mengatakan, dari pihak Filipina sendiri sudah ada pergerakan ke wilayah tempat para anak buah kapal asal Indonesia itu disekap.
Luhut mengungkapkan, ada tiga pasukan militer Filipina yang mengepung wilayah Provinsi Sulu, tempat 10 ABK itu diduga dibawa oleh militan Abu Sayyaf.
Luhut mengungkapkan jika Filipina mengizinkan, dia akan mengirim perwira ke sana untuk memberikan asistensi.


3.     Pendapat jika terjadi hal yang serupa, Apa yang harus dilakukan oleh pihak kita
Kejadian duka seperti ini bias dijadikan pelajaran untuk negara kita, agar lebih berhati-hati khususnya dalam dunia kelautan agar sebisa mugkin tidak terulang kembali kejadian duka untuk negara kita.
Namun jika sampai terjadi hal yang serupa pada WNI, pemerintah harus lebih baik dalam penangannya. Pihak negara kita harus lebih cepat dalam mengambil tindakan. Misalkan dalam tahap negosiasi negara kita harus lebih cepat apakah akan mengambil kesepakatan dalam negosiasi atau akan mengambil jalan lain. Bila mengambil jalan negara kita harus lebih cepat juga mengambil tindakan untuk turun langsung kelapangan tanpa ditunda-tunda.
atau bila negera kita tidak mampu menyelesaikan masalah ini, jangan menunggu lama untuk meminta bantuan negara lain.
Untuk mencegah kejadian serupa terjadi negara kita harus lebih perketat perbatasan negara, darat, udara atau pun laut. Seperti lebih sering melakukan patroli.
Untuk masyarat sendiri agar lebih hati-hati dan waspada agar terhindar dari kejadian serupa, dan akan lebih baik bila masyarakat yang keluar negeri khususnya yang bekerja di kelautan  dibekali dasar-dasar beladiri atau bertahan hidup di alam agar lebih siap menghadapi hal serupa.



Referensi :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar